Pages

Sabtu, 31 Mei 2014

Bercerita Dengan Kawan

"Bro, lgi apa nih?"
"Nggk lihat nih lagi nongkrong!?"
"Wah .... Kelihatannya galau nih."
"Untuk apa galau Bro. Kata temanku, hidup itu penuh galau kalau dituruti. Yaaa, jadi untuk apa galau?"
"Ok. Ok. Terus napa tuh muka kelihatan sedih?"
"Hmmm. Emang kelihatan?"
"Langsung cerita aja lah Bro."
Tarik nafas, "entahlah. Apa yang kusedihkan, bingung."
"Lah itu namanya galau."
"Enggak Bro. Beneran deh."
"Lah. Trus?"
"Menunggu waktu memberi jawaban atas apa yang kuharapkan di masa depan."
"Sok puitis kamu Bro."
"Lantas, apalagi yang harus terucap? Sedang aku sendiri terjebak dalam labirin rasa."
"Wah. Pujangga dadakan dah nih."
"Aku bukan pujangga. Karena tak mampu bercerita indah tentang apa yang kini ku alami."
"Bro, Kamu kesurupan?"
"Jika dapat memilih, akan ku pilih kesurupan. Karena itu ada obatnya. Namun yang kini terasa, mungkin obatnya hanya waktu. Entah itu kapan."
Terdiam.
"Sungguh. Ku hanya berharap pada waktu dan langkah. Semoga waktu menghentikan langkah di detik yang penuh jawab akan harapku. Jika tidak, kuingin langkah terhenti di titik yang mampu menghapus bingung."
Semakin diam.
"Mungkin kau bertanya. Apakah itu kan menjadi akhir? Jawabannya, bukan. Karena pada jawab dan titik itu, berisi petunjuk tentang waktu dan langkah yang harus kutempuh."
Masih terdiam.
Ikut terdiam.
Tak ada suara.
"Entahlah. Tapi yang pasti, Tuhan lebih mengerti aku."
Masih tak ada tanggapan.
"Loh. Kamu malah tidur Bro."
Terkaget, "heeee, udah selesai baca puisinya?"
"Hmmmm. Bubar dah."

1 komentar:

Aslaksara mengatakan...

haha.. aku suka yang ini. Galau itu emang bisa bikin otak cair untuk mengolah kata-kata. Intinya di "feel".